Unsur-Unsur Pembangun Puisi
Berikut ini merupakan unsur-unsur pembangun puisi:
1. Bunyi
Unsur bunyi merupakan salah satu unsur yang menonjol untuk
membedakan antara bahasa puisi dan bahasa prosa. Bahasa puisi cenderung
menggunakan unsur perulangan bunti. Bunyi memiliki peran antara lain
adalah agar puisi terdengar merdu jika dibaca dan didengarkan, sebab
pada hakikatnya puisi merupakan salah satu karya seni yang diciptakan
untuk didengarkan (Sayuti, 2002).
Sebenarnnya puisi hadir untuk disuarakan daripada dibacakan tanpa
suara. Dengan cara ini, keindahan puisi dapat dirasakan lebih intensif.
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan masalah kepuitisan apa saja
yang digunakan, disiasati, dan didayakan untuk menghasilkan bunyi yang
indah. Sarana yang dimaksud antara lain persajakan, irama, orkestrasi
dan fungsi lain. (Nurgiantoro, 2014:154)
2. Diksi
Unsur diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra
(Abrams, 1981). Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai
dengan maksud yang ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin
dicapai. Diksi juga sering menjadi ciri khas seorang penyair atau zaman
tertentu. Aspek leksikan sangatlah penting dalam karya sastra. Aspek
leksikal adalah satuan bentuk terkecil dalam konteks struktur sintaksis
dan wacana (Nurgiyantoro, 2014: 172). Aspek leksikal ini sama
pengertiannya dengan diksi. Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan
selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI, 2005: 264). Aspek
leksikal dalam karya sastra dapat berupa penggunaan bahasa lain atau
percampuran bahasa, kolokial, munculnya bentuk baru, makna khusus, ragam
kata, kata menyimpang, dan lain sebagainya.
3. Bahasa Kiasan
Bahasa kias atau figurative language merupakan penyimpangan dari
pemakaian bahasa yang biasa, yang makna katannya atau rangkaian katannya
digunakan dengan tujuan untuk mencapai efek tertentu (Abrams, 1981).
Bahasa kias memiliki beberapa jenis yaitu personifikasi, metafora,
perumpamaan, simile, metonimia, sinekdoki, dan alegori (Pradopo, 1978).
4. Citraan Puisi
Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang mampu
membangkitkan kesan yang konkret terhadap suatu objek, pemandangan,
aksi, tindakan, atau pernyataan yang dapat membedakannya dengan
pernyataan atau ekspositori yang abstrak dan biasanya ada kaitannya
dengan simbolisme (Baldic, via Nurgiyantoro, 2014:276). Unsur ciraan
merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui
kata-kata (Pradopo, 1978). Ada berbagai macam jenis citraan
diantarannya:
a. citraan penglihatan (visual imagery)
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek yang dapat dilihat oleh mata, dapat dilihat secara visual.
b. citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran (auditif) adalah pengonkretan objek bunyi yang didengar oleh telinga. (Nurgiyantoro, 2014:281).
c. citraan rabaan (thermal imagery)
Citraan gerak (kinestetik) adalah citraan yang terkait dengan
pengonkretan objek gerak yang dapat dilihat oleh mata. (Nurgiyantoro,
2014:282).
d. citraan pengecapan (tactile imagery)
Citraan rabaan (taktil termal) menunjuk pada pelukisan rabaan
secara konkret walau hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca.
(Nurgiyantoro, 2014:283).
e. citraan penciuman (olfactory imagery)
Citraan penciuman (olfaktori) menunjuk pada pelukisan penciuman
secara konkret walau hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca.
(Nurgiyantoro, 2014:283).
5. Sarana Retorika Puisi
Sarana retorika (rhetorical devices) merupakan muslihat
intelektual, yang dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: hiperbola,
ironi, ambiguitas, paradoks, litotes, dan elipsis (Altenbernd &
Lewis, 1969).
a. Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara
berlebih-lebihan. Gaya ini biasanya dipakai jika seseorang bermaksud
melebihkan sesuatu yang dimaksudkan dibandingkan keadaan yang sebenarnya
dengan maksud untuk menekankan penuturannya. (Nurgiyantoro, 2014:261).
Contoh hiperbola: Darah mulai mengucur membanjiri lengannya.
b. Ironi adalah pernyataan yang mengandung makna bertentangan
dengan apa yang dinyatakannya. Gaya ini juga menampilkan stile yang
bermakna kontras. Penggunaan gaya ini dimaksudkan untuk menyindir,
mengritik, mengecam, atau sejenisnya. Gaya ironi biasanya tingkat
intensitas sindirannya rendah, sedangkan sindiran yang tajam biasanya
memakai gaya sarkasme. (Nurgiyantoro, 2014:270).
Contoh ironi: Sebenarnya aku benci rumah yang memberiku kerinduan untuk pulang.
c. Ambiguitas adalah pernyataan yang mengandung makna ganda
Contoh ambiguitas: Mayat diloncati oleh kucing hidup.
d. Paradoks merupakan pernyataan yang memiliki makna yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan.
Contoh paradoks: Tidak setiap derita/ jadi luka/ tidak setiap sepi/jadi duri.
e. Litotes adalah pernyataan yang menganggap sesuatu lebih kecil
dari realitas yang ada. Lilotes berkebalikan dengan hiperbola. Apabila
gaya hiperbola menekankan dengan cara melebih-lebihkan, gaya litotes
justru dengan cara mengecilkan fakta dari keadaan sesungguhnya.
(Nurgiyantoro, 2014:265).
Contoh litotes: Mampirlah ke gubuku sejenak.
f. Elipsis merupakan pernyataan yang tidak diselesaikan tetapi ditandai dengan …..(titik-titik)
Contoh elipsis: Wahai angin…sampaikan salamku padanya.
6. Bentuk Visual Puisi
Bentuk visual merupakan salah satu unsur yang paling mudah dikenal. Bentuk ini meliputi penggunaan tipografi dan susunan baris.
contoh puisi dengan bentuk visual zigzag
TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
7. Makna Puisi
Makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Setiap puisi pasti
memiliki makna. Makna dapat disampaikan secara langsung maupun secara
tidak langsung. Makna puisi pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan
permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Pada umumnya makna
puisi baru dapat dipahami setelah seorang pembaca, membaca, memahami
arti tiap kata dan kias yang dipakai dalam puisi, serta memperhatikan
unsur-unsur puisi lain yang mendukung makna.
Puisi Rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu
bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang
berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah
tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. Puisi rakyat berisi
nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Termasuk puisi
rakyat adalah puisi lama yang berisi pesan-pesan dan nilai- nilai
warisan leluhur bangsa Indonesia. Berikut ini adalah telaah struktur dan
kebahasaan pada puisi rakyat.
1. Menelaah Beragam Pola Pengembangan PantunPola 1 | Pola 2 |
---|---|
Buanglah sampah pada tempatnya, Jangan membuang di tengah jalan; Kalau kita tidak mau bertanya, Tidak bisa mencapai semua harapan. |
Penghasil batik di Yogyakarta, Penghasil ulos Sumatera Utara; Kalau kamu memiliki cita-cita, Hendaklah mau sedikit sengsara. |
Pola 3 | Pola 4 |
Membeli buku di daerah pecinan Membeli buku lebih dari satu Janganlah menunda pekerjaan Hindari menyia-nyiakan waktu |
Beli masi ke tempat Mbak Lulu Beli pensil ke toko Cak Mamat Sebaiknya kau pikir dahulu Demi keputusan yang tepat |
Pola 5 | Pola 6 |
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia Bunga unik tanpa duri Alangkah indahnya alam Indonesia Marilah kita jaga agar lestari |
Fatamorgana ternyata semu Namun indahnya tiada terkira Patuhilah selalu nasihat ibumu Agar hidupmu tidak sengsara |
Ada beberapa aspek yang perlu dipahami untuk memudahkan kita dalam pemahaman struktur kebahasaan pada puisi rakyat tersebut. Aspek-aspek yang dimaksud seperti kalimat perintah,kalimat ajakan, kalimat seru,dan kalimat larangan.
- Kalimat Perintah. Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud memberi perintah atau suruhan. Contoh: Buanglah sampah pada tempatnya
- Kalimat saran. Kalimat saran adalah kalimat yang berisi tentang saran kepada orang lain untuk kebaikan orang lain (sebaiknya, seyogyanya). Contoh: Sebaiknya kau pikir dahulu Demi keputusan yang tepat
- Kalimat ajakan. Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan kepada orang lain untuk melakukan suatu perbuatan (ayo dan mari). Contoh: Marilah kita jaga agar lestari
- Kalimat seru Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih (alangkah, betapa, dan bukan main). Contoh: Alangkah indahnya alam Indonesia ini. Wahai, pemuda Indonesia teruslah berjuang melestarikan budaya kita.
- Kalimat larangan. Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan kegiatan (jangan, hidari). Contoh: Janganlah berprasangka buruk kepada sesama
Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
- Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu subjek dan satu predikat. Contoh Pagi-pagi saya sarapan.
- Kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek atau predikat. Kalimat majemuk terjadi dari penggabungan dua kalimat dasar atau lebih.
- Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.
- Kalimat majemuk hubungan syarat. Ditandai dengan : jika, seandainya, asalkan,apabila, andaikan Contoh : Jika hidup bermalas-malasan, masa depan tak tentu arah.
- Kalimat majemuk hubungan tujuan. Ditandai dengan : agar, supaya, biar. Contoh : Agar hidup tercapai tujuan, hendaklah pemuda rajin belajar.
- Kalimat majemuk konsensip. Ditandai dengan : walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sungguh pun Contoh : Walaupun belajar banyak godaan, tetaplah teguh mencapai harapan.
- Kalimat majemuk hubungan penyebaban. Ditandai dengan : sebab, karena, oleh karena Contoh : Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan sahabat. Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan orang terkasih.
- Kalimat majemuk hubungan perbandingan. Ditandai dengan: ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, lebih baik. Contoh : Belajar di waktu kecil seperti melukis di atas batu.
- Kalimat majemuk hubungan akibat. Ditandai dengan : sehingga, sampai-sampai, maka Contoh : Dian belajar begitu keras sehingga dapat memenangi olimpiade itu.
- Kalimat majemuk hubungan cara. Contoh : Dengan cara menjual koran, dia mendapatkan uang untuk hidup Dengan berpikir cermat generasi muda menggapai asa.
Ambillah kapas menjadi benangContoh telaah
Ambillah benang menjadi kain
Kalau kamu ingin dikenang
Berbuat baiklah dengan orang lain
Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi pantun. Dua larik pertama merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/ isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, pantun larik 1 dan larik 2 menggunakan kalimat perintah. Larik satu dan larik 2 merupakan kalimat berdiri sendiri. Larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan pola hubungan syarat (kalau), pada larik 3 dan larik 4 merupakan hasil . Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk.
Pola 1 | Telaah |
---|---|
Buanglah sampah pada tempatnya, Jangan membuang di tengah jalan; Kalau kita tidak mau bertanya, Tidak bisa mencapai semua harapan. |
Struktur pantun diatas terdapat 2 larik sampiran dan 2 larik isi. Larik 1 dan 2 merupakan sampiran,sedangkan larik 3 dan 4 merupakan isi. Bersajak akhiran a-b-a-b. Pantun larik pertama (buanglah) merupakan kalimat perintah Pantun larik kedua merupakan kalimat larangan (jangan). Pantun larik ketiga merupakan kata penghubung syarat (kalau). Sedangkan pada larik keempat merupakan akibat /jawaban dari larik ketiga. |
Pola 2 | Telaah |
Penghasil batik di Yogyakarta, Penghasil ulos Sumatera Utara; Kalau kamu memiliki cita-cita, Hendaklah mau sedikit sengsara |
Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi. Larik 1 dan 2 merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Pantun tersebut bersajak a-a-a-a. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan hubungan syarat. Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk |
Pola 3 | Telaah |
Membeli buku di daerah pecinan Membeli buku lebih dari satu Janganlah menunda pekerjaan Hindari menyia-nyiakan waktu |
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat larangan dengan pola hubungan cara. |
Pola 4 | Telaah |
Beli nasi ke tempat Mbak Lulu Beli pensil ke toko Cak Mamat Sebaiknya kau pikir dahulu Demi keputusan yang tepat |
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan hubungan akibat. |
Pola 5 | Telaah |
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia Bunga unik tanpa duri Alangkah indahnya alam Indonesia Marilah kita jaga agar lestari |
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat seru (alangkah) dan kalimat ajakan (marilah). |
Pola 6 | Telaah |
Fatamorgana ternyata semu Namun indahnya tiada terkira Patuhilah selalu nasihat ibumu Agar hidupmu tidak sengsara |
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat perintah (patuhilah) dengan hubungan akibat. Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk |
Kata penghubung yang sering digunakan pada puisi rakyat
- Kata penghubung tujuan. Merupakan kata penghubung modalitas yang menjelaskan maksud
- dan tujuan suatu acara atau tindakan (supaya, untuk, agar, dan guna).
- Kata penghubung sebab (kausal). Menjelaskan bahwa suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab tertentu (sebab, sebab itu, karena, dan oleh karena itu).
- Kata penghubung akibat. Konjungsi yang menggambarkan suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.
- Kata penghubung syarat. Konjungsi syarat yang menjelaskan suau hal bias terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh kata yang digunakan adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.
Apabila kelakuan baik berbudi
Hidup menjadi indah tak akan merugi
Dengan orang tua jangan pernah melawanJagalah hati jagalah lisan
Kalau tidak mau hidup berantakan
Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hatiBelajar janganlah ditunda-tunda
Itulah cara menunjukan bakti
Karena kamu tidak akan kembali muda
Jika kamu terus menundaMasa lalu biarlah berlalu
Hilanglah sudah kesempatan berharga
Masa depan teruslah kau pacu
Lestarikan alam kitaBelajarlah demi masa depan
sebelum alam menjadi murka
Untuk mencapai semua harapan
Apabila mata terjagaApabila mulut terkunci rapat
Hilanglah semua dahaga
Hilanglah semua bentuk maksiat
Apabila tangan tidak terikat rapatJika hendak menggapai cita-cita
Hilanglah semua akal sehat
Bekerjalah lebih dari rata-rata
Jika hendak hidup bahagiaBarang siapa tidak takut tuhan
Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia
Hidupnya tidak akan bertahan
Apabila dengki sudah merasuki hatiApabila hidup selalu berbuat baik
Tak akan pernah hilang hingga nanti
Tanda dirinya berhati cantik
Telaahlah gurindam di atas dari segi struktur penyajian, jenis kalimat yang digunakan, dan hubungan isi antarlarik. Lakukan seperti contoh berikut! Contoh menelaah gurindam
Apabila kelakuan baik berbudi
Hidup menjadi indah tak akan merugi
Contoh Telaah
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila …) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 2 | Telaah |
---|---|
Dengan orang tua jangan pernah melawan Kalau tidak mau hidup berantakan |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat agar terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (kalau) dan pada larik 2 keadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 3 | Telaah |
Jagalah hati jagalah lisan Agar kau tidak hidup dalam penyesalan |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan tujuan dari keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan tujuan (agar) dan pada larik 2 adalah tujuan |
Gurindam 4 | Telaah |
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hati Itulah cara menunjukan bakti |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 5 | Telaah |
Belajar janganlah ditunda-tunda Karena kamu tidak akan kembali muda |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab-akibat (karena) larik 1 adalah sebab dan larik 2 adalah akibat. |
Gurindam 6 | Telaah |
Jika kamu terus menunda Hilanglah sudah kesempatan berharga |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 7 | Telaah |
Masa lalu biarlah berlalu Masa depan teruslah kau pacu |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 8 | Telaah |
Lestarikan alam kita sebelum alam menjadi murka |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab-akibat larik 1 adalah sebab dan larik 2 adalah akibat. |
Gurindam 9 | Telaah |
Belajarlah demi masa depan Untuk mencapai semua harapan |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 2 merupakan sasaran terjadinya dari larik 1. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sasaran (untuk) larik 2 adalah sasaran dari larik 1. |
Gurindam 10 | Telaah |
Apabila mata terjaga Hilanglah semua dahaga |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 11 | Telaah |
Apabila mulut terkunci rapat Hilanglah semua bentuk maksiat |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 12 | Telaah |
Apabila tangan tidak terikat rapat Hilanglah semua akal sehat |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 13 | Telaah |
Jika hendak menggapai cita-cita Bekerjalah lebih dari rata-rata |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 14 | Telaah |
Jika hendak hidup bahagia Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 15 | Telaah |
Barang siapa tidak takut tuhan Hidupnya tidak akan bertahan |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab-akibat larik 1 adalah sebab dan larik 2 adalah akibat |
Gurindam 16 | Telaah |
Apabila dengki sudah merasuki hati Tak akan pernah hilang hingga nanti |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
Gurindam 17 | Telaah |
Apabila hidup selalu berbuat baik Tanda dirinya berhati cantik |
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan. |
SyairContoh
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Wahai muda, kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Contoh Telaah
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa ( menggunakan kata seru Hai ….) Larik larik 2 dan 3 merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan akibat yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3. Pilihan kata yang digunakan pada syair tersebut merupakan kata bersifat simbolik dan ungkapan lama. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.
Bait 1 | Telaah |
---|---|
Perteguh jua alat perahumu Hasilkan bekal air dan kayu Dayung pengayuh taruh di situ Supaya laju perahumu itu |
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1, 2, dan 3 menggunakan kalimat perintah ( Perteguh….). Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan tujuan yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 1, 2 dan 3. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam. |
Bait 2 | Telaah |
Wahai muda, kenali dirimu Ialah perahu tamsil hidupmu Tiadalah berapa lama hidupmu Ke akhirat jua kekal hidupmu |
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa ( menggunakan kata seru Wahai ….) Larik larik 2 dan 3 merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan tujusn yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam. |
No comments:
Post a Comment