Sunday, June 10, 2018

MATERI BAHASA INDONESIA: MENELAAH UNSUR-UNSUR PEMBANGUN TEKS PUISI LAMA DAN BARU

Unsur-Unsur Pembangun Puisi

Berikut ini merupakan unsur-unsur pembangun puisi:

1. Bunyi

Unsur bunyi merupakan salah satu unsur yang menonjol untuk membedakan antara bahasa puisi dan bahasa prosa. Bahasa puisi cenderung menggunakan unsur perulangan bunti. Bunyi memiliki peran antara lain adalah agar puisi terdengar merdu jika dibaca dan didengarkan, sebab pada hakikatnya puisi merupakan salah satu karya seni yang diciptakan untuk didengarkan (Sayuti, 2002).
Sebenarnnya puisi hadir untuk disuarakan daripada dibacakan tanpa suara. Dengan cara ini, keindahan puisi dapat dirasakan lebih intensif. Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan masalah kepuitisan apa saja yang digunakan, disiasati, dan didayakan untuk menghasilkan bunyi yang indah. Sarana yang dimaksud antara lain persajakan, irama, orkestrasi dan fungsi lain. (Nurgiantoro, 2014:154)

2. Diksi

Unsur diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra (Abrams, 1981). Setiap penyair akan memilih kata-kata yang tepat, sesuai dengan maksud yang ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Diksi juga sering menjadi ciri khas seorang penyair atau zaman tertentu. Aspek leksikan sangatlah penting dalam karya sastra. Aspek leksikal adalah satuan bentuk terkecil dalam konteks struktur sintaksis dan wacana (Nurgiyantoro, 2014: 172). Aspek leksikal ini sama pengertiannya dengan diksi. Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan (KBBI, 2005: 264). Aspek leksikal dalam karya sastra dapat berupa penggunaan bahasa lain atau percampuran bahasa, kolokial, munculnya bentuk baru, makna khusus, ragam kata, kata menyimpang, dan lain sebagainya.

 3. Bahasa Kiasan

Bahasa kias atau figurative language merupakan penyimpangan dari pemakaian bahasa yang biasa, yang makna katannya atau rangkaian katannya digunakan dengan tujuan untuk mencapai efek tertentu (Abrams, 1981). Bahasa kias memiliki beberapa jenis yaitu personifikasi, metafora, perumpamaan, simile, metonimia, sinekdoki, dan alegori (Pradopo, 1978).

4. Citraan Puisi

Citraan merupakan suatu bentuk penggunaan bahasa yang mampu membangkitkan kesan yang konkret terhadap suatu objek, pemandangan, aksi, tindakan, atau pernyataan yang dapat membedakannya dengan pernyataan atau ekspositori yang abstrak dan biasanya ada kaitannya dengan simbolisme (Baldic, via Nurgiyantoro, 2014:276). Unsur ciraan  merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo, 1978). Ada berbagai macam jenis citraan diantarannya:
a. citraan penglihatan (visual imagery)
Citraan visual adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek yang dapat dilihat oleh mata, dapat dilihat secara visual.
b. citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran (auditif) adalah pengonkretan objek bunyi yang didengar oleh telinga. (Nurgiyantoro, 2014:281).
c. citraan rabaan (thermal imagery)
Citraan gerak (kinestetik) adalah citraan yang terkait dengan pengonkretan objek gerak yang dapat dilihat oleh mata. (Nurgiyantoro, 2014:282).
d. citraan pengecapan (tactile imagery)
Citraan rabaan (taktil termal) menunjuk pada pelukisan rabaan secara konkret walau hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca. (Nurgiyantoro, 2014:283).
e. citraan penciuman (olfactory imagery)
Citraan penciuman (olfaktori) menunjuk pada pelukisan penciuman secara konkret walau hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca. (Nurgiyantoro, 2014:283).

5. Sarana Retorika Puisi

Sarana retorika (rhetorical devices) merupakan muslihat intelektual, yang dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: hiperbola, ironi, ambiguitas, paradoks, litotes, dan elipsis (Altenbernd & Lewis, 1969).
a. Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebih-lebihan. Gaya ini biasanya dipakai jika seseorang bermaksud melebihkan sesuatu yang dimaksudkan dibandingkan keadaan yang sebenarnya dengan maksud untuk menekankan penuturannya. (Nurgiyantoro, 2014:261).
Contoh hiperbola: Darah mulai mengucur membanjiri lengannya.
b. Ironi adalah pernyataan yang mengandung makna bertentangan dengan apa yang dinyatakannya. Gaya ini juga menampilkan stile yang bermakna kontras. Penggunaan gaya ini dimaksudkan untuk menyindir, mengritik, mengecam, atau sejenisnya. Gaya ironi biasanya tingkat intensitas sindirannya rendah, sedangkan sindiran yang tajam biasanya memakai gaya sarkasme. (Nurgiyantoro, 2014:270).
Contoh ironi: Sebenarnya aku benci rumah yang memberiku kerinduan untuk pulang.
c. Ambiguitas adalah pernyataan yang mengandung makna ganda
Contoh ambiguitas: Mayat diloncati oleh kucing hidup.
d. Paradoks merupakan pernyataan yang memiliki makna yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan.
Contoh paradoks: Tidak setiap derita/ jadi luka/ tidak setiap sepi/jadi duri.
e. Litotes adalah pernyataan yang menganggap sesuatu lebih kecil dari realitas yang ada. Lilotes berkebalikan dengan hiperbola. Apabila gaya hiperbola menekankan dengan cara melebih-lebihkan, gaya litotes justru dengan cara mengecilkan fakta dari keadaan sesungguhnya. (Nurgiyantoro, 2014:265).
Contoh litotes: Mampirlah ke gubuku sejenak.
f. Elipsis merupakan pernyataan yang tidak diselesaikan tetapi ditandai dengan …..(titik-titik)
Contoh elipsis: Wahai angin…sampaikan salamku padanya.

6. Bentuk Visual Puisi

Bentuk visual merupakan salah satu unsur yang paling mudah dikenal. Bentuk ini meliputi penggunaan tipografi dan susunan baris.
contoh puisi dengan bentuk visual zigzag
TRAGEDI WINKA & SIHKA
kawin
    kawin
        kawin
            kawin
                kawin
                     ka
                    win
               ka
            win
           ka
         win
      ka
   win
ka
    winka
        winka
            sihka
               sihka
                  sihka
                        sih
                     ka
                  sih
               ka
            sih
          ka
       sih
    ka
  sih
ka
   sih
      sih
         sih
            sih
               sih
                  sih
                     ka
                         Ku

7. Makna Puisi

Makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Setiap puisi pasti memiliki makna. Makna dapat disampaikan secara langsung maupun secara tidak langsung. Makna puisi pada umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami dalam kehidupan manusia. Pada umumnya makna puisi baru dapat dipahami setelah seorang pembaca, membaca, memahami arti tiap kata dan kias yang dipakai dalam puisi, serta memperhatikan unsur-unsur puisi lain yang mendukung makna.
Puisi Rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. Puisi rakyat berisi nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Termasuk puisi rakyat adalah puisi lama yang berisi pesan-pesan dan nilai- nilai warisan leluhur bangsa Indonesia. Berikut ini adalah telaah struktur dan kebahasaan pada puisi rakyat. 1. Menelaah Beragam Pola Pengembangan Pantun
Pola 1 Pola 2
Buanglah sampah pada tempatnya,
Jangan membuang di tengah jalan;
Kalau kita tidak mau bertanya,
Tidak bisa mencapai semua harapan.
Penghasil batik di Yogyakarta,
Penghasil ulos Sumatera Utara;
Kalau kamu memiliki cita-cita,
Hendaklah mau sedikit sengsara.
Pola 3 Pola 4
Membeli buku di daerah pecinan
Membeli buku lebih dari satu
Janganlah menunda pekerjaan
Hindari menyia-nyiakan waktu
Beli masi ke tempat Mbak Lulu
Beli pensil ke toko Cak Mamat
Sebaiknya kau pikir dahulu
Demi keputusan yang tepat
Pola 5 Pola 6
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia
Bunga unik tanpa duri
Alangkah indahnya alam Indonesia
Marilah kita jaga agar lestari
Fatamorgana ternyata semu
Namun indahnya tiada terkira
Patuhilah selalu nasihat ibumu
Agar hidupmu tidak sengsara
2. Menelaah Struktur Pantun
Ada beberapa aspek yang perlu dipahami untuk memudahkan kita dalam pemahaman struktur kebahasaan pada puisi rakyat tersebut. Aspek-aspek yang dimaksud seperti kalimat perintah,kalimat ajakan, kalimat seru,dan kalimat larangan.
  1. Kalimat Perintah. Kalimat perintah adalah kalimat yang berisi atau bermaksud memberi perintah atau suruhan. Contoh: Buanglah sampah pada tempatnya
  2. Kalimat saran. Kalimat saran adalah kalimat yang berisi tentang saran kepada orang lain untuk kebaikan orang lain (sebaiknya, seyogyanya). Contoh: Sebaiknya kau pikir dahulu Demi keputusan yang tepat
  3. Kalimat ajakan. Kalimat ajakan adalah kalimat yang berisi ajakan kepada orang lain untuk melakukan suatu perbuatan (ayo dan mari). Contoh: Marilah kita jaga agar lestari
  4. Kalimat seru Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih (alangkah, betapa, dan bukan main). Contoh: Alangkah indahnya alam Indonesia ini. Wahai, pemuda Indonesia teruslah berjuang melestarikan budaya kita.
  5. Kalimat larangan. Kalimat larangan adalah kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan kegiatan (jangan, hidari). Contoh: Janganlah berprasangka buruk kepada sesama

Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk
  1. Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu subjek dan satu predikat. Contoh Pagi-pagi saya sarapan.
  2. Kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek atau predikat. Kalimat majemuk terjadi dari penggabungan dua kalimat dasar atau lebih.
  3. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/sederajat.
  4. Kalimat majemuk hubungan syarat. Ditandai dengan : jika, seandainya, asalkan,apabila, andaikan Contoh : Jika hidup bermalas-malasan, masa depan tak tentu arah.
  5. Kalimat majemuk hubungan tujuan. Ditandai dengan : agar, supaya, biar. Contoh : Agar hidup tercapai tujuan, hendaklah pemuda rajin belajar.
  6. Kalimat majemuk konsensip. Ditandai dengan : walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun, sungguh pun Contoh : Walaupun belajar banyak godaan, tetaplah teguh mencapai harapan.
  7. Kalimat majemuk hubungan penyebaban. Ditandai dengan : sebab, karena, oleh karena Contoh : Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan sahabat. Hari ini aku bersedih karena berpisah dengan orang terkasih.
  8. Kalimat majemuk hubungan perbandingan. Ditandai dengan: ibarat, seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, lebih baik. Contoh : Belajar di waktu kecil seperti melukis di atas batu.
  9. Kalimat majemuk hubungan akibat. Ditandai dengan : sehingga, sampai-sampai, maka Contoh : Dian belajar begitu keras sehingga dapat memenangi olimpiade itu.
  10. Kalimat majemuk hubungan cara. Contoh : Dengan cara menjual koran, dia mendapatkan uang untuk hidup Dengan berpikir cermat generasi muda menggapai asa.
Bacalah pantun berikut!
Ambillah kapas menjadi benang
Ambillah benang menjadi kain
Kalau kamu ingin dikenang
Berbuat baiklah dengan orang lain
Contoh telaah
Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi pantun. Dua larik pertama merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/ isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, pantun larik 1 dan larik 2 menggunakan kalimat perintah. Larik satu dan larik 2 merupakan kalimat berdiri sendiri. Larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan pola hubungan syarat (kalau), pada larik 3 dan larik 4 merupakan hasil . Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk.
Pola 1 Telaah
Buanglah sampah pada tempatnya,
Jangan membuang di tengah jalan;
Kalau kita tidak mau bertanya,
Tidak bisa mencapai semua harapan.
Struktur pantun diatas terdapat 2 larik sampiran dan 2 larik isi. Larik 1 dan 2 merupakan sampiran,sedangkan larik 3 dan 4 merupakan isi. Bersajak akhiran a-b-a-b. Pantun larik pertama (buanglah) merupakan kalimat perintah Pantun larik kedua merupakan kalimat larangan (jangan). Pantun larik ketiga merupakan kata penghubung syarat (kalau). Sedangkan pada larik keempat merupakan akibat /jawaban dari larik ketiga.
Pola 2 Telaah
Penghasil batik di Yogyakarta,
Penghasil ulos Sumatera Utara;
Kalau kamu memiliki cita-cita,
Hendaklah mau sedikit sengsara
Struktur penyajian pantun dua larik sampiran dan dua larik isi. Larik 1 dan 2 merupakan pengantar untuk masuk pada isi larik 3 dan 4. Makna/isi pada larik 1 dan 2 dengan larik 3 dan 4 tidak berhubungan. Pantun tersebut bersajak a-a-a-a. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan hubungan syarat. Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk
Pola 3 Telaah
Membeli buku di daerah pecinan
Membeli buku lebih dari satu
Janganlah menunda pekerjaan
Hindari menyia-nyiakan waktu
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat larangan dengan pola hubungan cara.
Pola 4 Telaah
Beli nasi ke tempat Mbak Lulu
Beli pensil ke toko Cak Mamat
Sebaiknya kau pikir dahulu
Demi keputusan yang tepat
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat saran dengan hubungan akibat.
Pola 5 Telaah
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia
Bunga unik tanpa duri
Alangkah indahnya alam Indonesia
Marilah kita jaga agar lestari
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat seru (alangkah) dan kalimat ajakan (marilah).
Pola 6 Telaah
Fatamorgana ternyata semu
Namun indahnya tiada terkira
Patuhilah selalu nasihat ibumu
Agar hidupmu tidak sengsara
Penyajian pantun dengan dua larik sampiran ( 1 dan 2) dan dua larik isi ( 3 dan 4 ). Makna isi pada larik sampiran dan larik isi tidak berhubungan. Pantun bersajak a-b-a-b. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan larik 1 dan 2 merupakan kalimat berita dan pada larik 3 dan 4 merupakan kalimat perintah (patuhilah) dengan hubungan akibat. Larik 3 dan 4 merupakan satu kalimat majemuk
3. Menelaah Struktur dan Bahasa Gurindam
Kata penghubung yang sering digunakan pada puisi rakyat


  1. Kata penghubung tujuan. Merupakan kata penghubung modalitas yang menjelaskan maksud
  2. dan tujuan suatu acara atau tindakan (supaya, untuk, agar, dan guna).
  3. Kata penghubung sebab (kausal). Menjelaskan bahwa suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab tertentu (sebab, sebab itu, karena, dan oleh karena itu).
  4. Kata penghubung akibat. Konjungsi yang menggambarkan suatu peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai adalah sehingga, sampai, dan akibatnya.
  5. Kata penghubung syarat. Konjungsi syarat yang menjelaskan suau hal bias terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh kata yang digunakan adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.
Bacalah gurindam berikut!
Apabila kelakuan baik berbudi
Hidup menjadi indah tak akan merugi
Dengan orang tua jangan pernah melawan
Kalau tidak mau hidup berantakan
Jagalah hati jagalah lisan
Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hati
Itulah cara menunjukan bakti
Belajar janganlah ditunda-tunda
Karena kamu tidak akan kembali muda
Jika kamu terus menunda
Hilanglah sudah kesempatan berharga
Masa lalu biarlah berlalu
Masa depan teruslah kau pacu
Lestarikan alam kita
sebelum alam menjadi murka
Belajarlah demi masa depan
Untuk mencapai semua harapan
Apabila mata terjaga
Hilanglah semua dahaga
Apabila mulut terkunci rapat
Hilanglah semua bentuk maksiat
Apabila tangan tidak terikat rapat
Hilanglah semua akal sehat
Jika hendak menggapai cita-cita
Bekerjalah lebih dari rata-rata
Jika hendak hidup bahagia
Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia
Barang siapa tidak takut tuhan
Hidupnya tidak akan bertahan
Apabila dengki sudah merasuki hati
Tak akan pernah hilang hingga nanti
Apabila hidup selalu berbuat baik
Tanda dirinya berhati cantik
Telaahlah gurindam di atas dari segi struktur penyajian, jenis kalimat yang digunakan, dan hubungan isi antarlarik. Lakukan seperti contoh berikut! Contoh menelaah gurindam
Apabila kelakuan baik berbudi
Hidup menjadi indah tak akan merugi
Contoh Telaah
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (larik 1 apabila …) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 2 Telaah
Dengan orang tua jangan pernah melawan
Kalau tidak mau hidup berantakan
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat agar terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (kalau) dan pada larik 2 keadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 3 Telaah
Jagalah hati jagalah lisan
Agar kau tidak hidup dalam penyesalan
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan tujuan dari keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan tujuan (agar) dan pada larik 2 adalah tujuan
Gurindam 4 Telaah
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hati
Itulah cara menunjukan bakti
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 5 Telaah
Belajar janganlah ditunda-tunda
Karena kamu tidak akan kembali muda
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab-akibat (karena) larik 1 adalah sebab dan larik 2 adalah akibat.
Gurindam 6 Telaah
Jika kamu terus menunda
Hilanglah sudah kesempatan berharga
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 7 Telaah
Masa lalu biarlah berlalu
Masa depan teruslah kau pacu
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 8 Telaah
Lestarikan alam kita
sebelum alam menjadi murka
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab-akibat larik 1 adalah sebab dan larik 2 adalah akibat.
Gurindam 9 Telaah
Belajarlah demi masa depan
Untuk mencapai semua harapan
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 2 merupakan sasaran terjadinya dari larik 1. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sasaran (untuk) larik 2 adalah sasaran dari larik 1.
Gurindam 10 Telaah
Apabila mata terjaga
Hilanglah semua dahaga
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 11 Telaah
Apabila mulut terkunci rapat
Hilanglah semua bentuk maksiat
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 12 Telaah
Apabila tangan tidak terikat rapat
Hilanglah semua akal sehat
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 13 Telaah
Jika hendak menggapai cita-cita
Bekerjalah lebih dari rata-rata
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 14 Telaah
Jika hendak hidup bahagia
Jangan penah melakukan perbuatan sia-sia
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (jika) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 15 Telaah
Barang siapa tidak takut tuhan
Hidupnya tidak akan bertahan
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan sebab terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan sebab-akibat larik 1 adalah sebab dan larik 2 adalah akibat
Gurindam 16 Telaah
Apabila dengki sudah merasuki hati
Tak akan pernah hilang hingga nanti
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
Gurindam 17 Telaah
Apabila hidup selalu berbuat baik
Tanda dirinya berhati cantik
Struktur penyajian gurindam dua larik merupakan isi yang berhubungan. Larik 1 merupakan syarat terjadinya keadaan pada larik 2. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan, gurindam tersebut menggunakan kalimat dengan pola hubungan syarat (apabila) dan pada larik 2 kondisi/ keaadaan jika syarat dilakukan.
4. Menelaah Struktur dan Aspek Kebahasaan pada Syair
Syair
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Wahai muda, kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Syair Perahu
Contoh
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Contoh Telaah
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa ( menggunakan kata seru Hai ….) Larik larik 2 dan 3 merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan akibat yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3. Pilihan kata yang digunakan pada syair tersebut merupakan kata bersifat simbolik dan ungkapan lama. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.
Bait 1 Telaah
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1, 2, dan 3 menggunakan kalimat perintah ( Perteguh….). Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan tujuan yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 1, 2 dan 3. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.
Bait 2 Telaah
Wahai muda, kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Struktur penyajian syair satu bait terdiri atas 4 larik. Pola rima sama (a-a-a-a). Keempat larik syair merupakan isi dan terkait dengan bait-bait yang lain. Ditinjau dari jenis kalimat yang digunakan syair tersebut larik 1 menggunakan kalimat untuk menyapa ( menggunakan kata seru Wahai ….) Larik larik 2 dan 3 merupakan kalimat perintah kepada generasi muda yang disapa pada larik 1. Larik 4 pada kutipan syair tersebut merupakan tujusn yang akan ditemui jika melakukan apa yang diperintahkan pada larik 2 dan 3. Pilihan kata sangat indah dengan makna yang dalam.

No comments:

Post a Comment